Webinar Series Politik Kebangsaan “Dinamika Hubungan AS-China Pasca Pemilu Amerika Serikat dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia”

November 24, 2020, oleh: superadmin

(Diliput Oleh: Diana Mutiara Bahari Mahasiswa HIPM UMY)

Webinar dengan tema “Dinamika Hubungan AS-China Pasca Pemilu Amerika Serikat dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia”, telah sukses digelar oleh LeSPK yang bekerjasama dengan KAHMI DIY, KB PII, Wanita Islam, ICMI DIY, MIP-UMY dan Indonesian College pada Senin, 23 November 2020. Satu-satunya agenda pemilu nasional suatu negara yang merupakan peristiwa global adalah agenda pemilu Amerika Serikat (AS). Kemenangan Joe Biden atas Donlad Trump menjadi tantangan lain bagi negara-negara di dunia, termasuk China dan Indonesia. Webinar ini menghadirkan 5 narasumber yang berkompeten dibidangnya dan diikuti oleh lebih dari 100 partisipan.

Narasumber pertama sekaligus pemantik dalam webinar ini adalah Dr. Ahmad Sahide. Dr. Ahmad Sahide menggunakan model jaring laba-laba politik dunia dalam melihat Politik Global AS, di mana AS berada di posisi tengah. Sehingga, Politik Global AS selalu memberikan pengaruh terhadap dinamika politik global. Diskusi kemudian dilanjutkan oleh Dr. Muhammad Zulfikar Rakhmat yang menyatakan bahwa Hubungan antara Indonesia-China dalam masa pemerintahan Joe Biden diperkirakan akan terus berlanjut bahkan akan mengalami peningkatan. Hal ini didasarkan pada China yang menganggap keterlibatan Indonesia dalam proyek Belt and Road Initiative (BRI) akan membantu China mewujudkan ambisinya sebagai negara Superpower. Ketergantungan China terhadap Indonesia dalam proyek BRI telah menimbulkan ancaman bagi Indoensia. Sehingga, pemerintah Indonesia perlu untuk mengambil langkah tegas, seperti melakukan negosiasi dengan China agar tidak terkena perangkap hutang (debt trap), Indonesia harus teguh pada prinsip politik bebas-aktif dalam melihat fenomena AS-China, dan Indonesia harus pintar dalam mencari mitra baru dalam bekerjasama.

Dr. Siti Mutiah Setiawati selaku narasumber ketiga menyatakan bahwa perang dagang yang terjadi antara AS-China memberikan peluang dan tantangan bagi Indonesia. Peluangnya, Indonesia dapat menggantikan pasar China di AS, begitupun sebaliknya Indonesia juga dapat menggantikan pasar AS di China. Tantangannya bagi Indonesia justru terletak pada bagaimana Indonesia mewujudkan berbagai peluang dengan menggantikan pangsa pasar di kedua negara. Narasumber keempat, Akhmad Murjoko, M.Si, menyampaikan analisa secara tajam terkait dinamika hubungan AS-China pasca pemilu dan pengaruhnya bagi Indonesia. Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa perlunya Indonesia mengembangkan kemitraan yang saling menguntungkan dan juga membangun serta mengembangkan kekuatan di negara-negara yang memiliki kekuatan besar, sehingga aspirasi bangsa dapat tersampaikan dengan baik.

Diskusi webinar terakhir disampaikan oleh Dr. Nicholay Apriliando yang membandingkan kedua calon presiden AS dalam pemilu 2020, Donald Trump dan Joe Biden, dari faktor latar belakang kedua calon presiden, pendidikan, pengalaman serta faktor usia antara kedua calon presiden. Dapat disimpulkan bahwa Indonesia harus bisa menentukan sikap non-blok terhadap hubungan AS-China serta Indonesia diperkirakan akan mengalami kondisi tidak stabil apabila Indonesia condong dalam salah satu blok dan mengabaikan kepentingan dari dua negara.