Positivisme dan PascaPositivisme: Dua Sisi dari Koin yang Sama dalam Kajian Hubungan Internasional

April 6, 2024, oleh: superadmin

Di dunia yang dipenuhi dengan konflik, diplomasi, dan persaingan perebutan kekuasaan, studi tentang hubungan internasional memainkan peran sentral dalam teka-teki kompleksitas politik global. Dari keberadaan negara sebagai aktor tunggal dalam geopolitik hingga pemahaman yang lebih luas menegnai dinamika antar budaya. Selain itu muncul perkembangan konseptual dari perspektif positivisme ke pascapositivisme yang mempengaruhi dinamika politik global. Lantas, apa yang dimaksud dengan positivisme dan pascapositivisme?

Narasi positivisme hingga pascapositivisme bukanlah sebuah perkembangan linier, melainkan sebuah interaksi yang kompleks antara ide-ide dan pendekatan yang saling bersaing. Hal tersebut diungkap secara komprehensif dalam karya Ali Muhammad yang berjudul “Perspektif Hubungan Internasional: Dari Positivisme Ke Pascapositivisme.” Secara garis besar, buku ini memperkenalkan pembaca pada evolusi teori dan pandangan dalam studi hubungan internasional dari masa positivisme hingga era pascapositivisme. Hadirnya buku ini tidak hanya mengubah cara kita melihat dunia, namun juga bagaimana kita memahaminya.

Pada halaman 117, Ali berhasil menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami mengenai perdebatan antara aliran positivisme dan postpositivisme. Pada awal abad ke-20, positivisme merupakan pendekatan yang dominan dalam studi hubungan internasional. Positivisme menekankan pada aspek-aspek yang dapat diamati melalui pendekatan ilmiah dan objektif yang berfokus pada fakta empiris untuk memahami fenomena internasional. Teori-teori seperti realisme, liberalism, neo-marxisme, dan english school menawarkan pandangan yang beragam terkait kepentingan nasional, keamanan, dan kerjasama internasional. Meskipun positivisme memberikan gambaran yang luas terkait hubungan antar negara, namun pandangan ini juga memiliki keterbatasan. Bagi pascapositivisme, positivisme dianggap terlalu mekanis dan tidak memperhitungkan aspek-aspek kultural, historis, dan normatif dalam hubungan antar negara.

Pascapositivisme muncul sebagai tanggapan terhadap keterbatasan pendekatan positivisme dalam memahami realitas politik global. Dengan penuh kesadaran akan kompleksitas dunia, pascapositivisme menawarkan pandangan yang lebih inklusif dan multidimensional. Para pascapositivis menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek-aspek kualitatif, seperti budaya, identitas, dan norma-norma sosial dalam menganalisis dinamika politik global. Teori-teori seperti perspektif feminisme, postmodernisme, dan pascakolonialisme menjadi semakin relevan dalam merespons dinamika politik yang semakin kompleks.

Aliran postpositivisme menawarkan sudut pandang baru tentang bagaimana identitas dan kekuasaan dapat membentuk interaksi antar negara. Feminisme, salah satu aliran dalam pascapositivisme, menyoroti peran gender dalam hubungan internasional dan menantang struktur kekuasaan patriarki yang dominan. Sementara, pascamodernisme cenderung menekankan pada keragaman, pluralisme, menyoroti pentingnya mengeksplorasi peran bahasa dan representasi dalam membentuk hubungan internasional. Di sisi lain, postkolonialisme, mengkritik wawasan kolonial dalam politik global dan menggugat kekuasaan budaya Barat.

Penulis juga menyajikam perspektif Islam dalam aliran postpositivisme yang memberikan kontribusi signifikan dalam memperkaya pemahaman tentang politik global yang sejalan dengan prinsip-prinsip yang diajarkan dalam Islam. Perspektif Islam menekankan pada nilai-nilai universal seperti keadilan (‘adl), perdamaian (salam), dan kerjasama (ta’awun) yang membentuk dasar bagi interaksi antarnegara dalam politik internasional. Islam mengajarkan pentingnya memelihara hubungan yang adil dan damai antar bangsa, serta menghargai keberagaman budaya dan kepercayaan. Selain itu, berbagai prinsip seperti amanah, ihsan atau kebaikan, dan taqwa dapat juga digunakan sebagai landasan dalam mengevaluasi kebijakan luar negeri dan tindakan negara-negara dalam politik global.

Secara garis besar, perkembangan intelektual dari positivisme ke postpositivisme memperkaya pemahaman kita tentang hubungan internasional. Pergeseran ini memungkinkan kita untuk melihat hubungan antar negara dalam kacamata positivisme hanya terbatas pada kepentingan materi dan kekuasaan politik. Namun, sudut pandang postpositivisme menunjukkan bahwa hubungan internasional juga melibatkan identitas, perbedaan budaya, dan dinamika kekuasaan yang kompleks. Dengan adanya pergeseran perspektif konseptual menunjukkan bahwa realitas politik tidak pernah bersifat statis, namun selalu dinamis.

Aspek paling menarik dari buku ini adalah kemampuan penulis dalam menjelaskan berbagai konsep teoritis yang kompleks dengan bahasa yang sederhana. Penulis memberikan beberapa contoh dengan menggunakan isu terkini yang relevan untuk mengilustrasikan gagasan dalam setiap teori yang dijelaskan, sehingga membuat materi yang disajikan lebih mudah dipahami oleh pembaca yang berasal dari berbagai latar belakang pendidikan.

Selain itu, buku ini juga menyuguhkan analisis yang mendalam tentang berbagai perspektif, mulai dari realisme, liberalisme, konstruktivisme, hingga teori kritis, postmodernisme, dan pascakolonialisme. Melalui buku ini, penulis berhasil memberikan pembaca landasan yang kokoh untuk memahami kompleksitas hubungan internasional di era globalisasi melalui berbagai perspektif.

Secara keseluruhan, “Perspektif Hubungan Internasional: Dari Positivisme ke Pascapositivisme”  adalah sebuah buku yang sangat direkomendasikan bagi siapapun yang tertarik dalam memahami perkembangan dan keragaman teoritis dalam hubungan internasional. Ali Muhammad berhasil menghadirkan karya yang informatif dan memberikan kontribusi berharga bagi literatur di bidang ini. Di samping itu, Ali juga menginspirasi para pembaca untuk merenungkan arah masa depan ilmu hubungan internasional, terutama dalam sudut pandang perspektif Islam.

 

Data Buku

Judul                : Perspektif Hubungan Internasional Dari Positivisme Ke Pascapositivisme

Penulis             : Ali Muhammad

Penerbit           : The Phinisi Press

Tahun Terbit    : 2024

Jumlah Halaman   : 238 halaman

 

Diulas oleh Diana Mutiara Bahari