Din Syamsuddin: Dunia Islam Berpotensi Capai Puncak Kejayaannya

November 22, 2023, oleh: superadmin

Dunia selalu mendapatkan kejutan dari panggung internasional. Dalam beberapa dekade terakhir, panggung internasional menyuguhkan fenomena kebangkitan China yang menandai adanya pergeseran peradaban dunia dari Amerika Serikat (AS) menuju Negeri Tirai Bambu. Ekspansi ekonomi yang pesat, investasi global yang agresif, dan inovasi teknologis telah menjadikan China sebagai kekuatan geopolitik utama yang bersaing dengan AS dalam mempengaruhi dinamika geopolitik global. Kebangkitan kekuatan global China melalui Belt and Road Initiative (BRI) mencerminkan ambisi China untuk memainkan peran utama dalam membentuk tatanan dunia baru.

Sementara perhatian dunia terfokus pada dinamika rivalitas China dan AS dalam memperebutkan status negara superpower, gagasan Dunia Islam berpotensi mencapai puncak kejayaannya juga merupakan salah satu fenomena yang menarik untuk didiskusikan. Oleh karena itu, Program Studi Doktor Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) selenggarakan Kuliah Ahli dengan mengusung tema “Dunia Islam dan Dinamika Peradaban Dunia: Timur Tengah dan Asia Tenggara.” Diskusi yang diadakan di Ruang Sidang Program Doktor di Gedung Pascasarjana UMY menghadirkan narasumber dengan pengalamannya yang luas dalam dunia politik dan keilmuan Islam yaitu Prof. K.H. Din Syamsuddin, M.A., Ph.D., yang lebih dikenal sebagai mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama dua periode, tahun 2005 – 2010 dan 2010 – 2015.

Dalam paparannya, Prof. Din mendefinisikan Dunia Islam sebagai kawasan yang terdiri dari negara-negara yang mayoritas beragama Islam. Dunia Islam tidak hanya sebatas negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI), melainkan lebih luas dari itu karena adanya perkembangan penduduk Muslim di berbagai wilayah di dunia, seperti di AS, Eropa, dan 7 negara bagian di Rusia. Selain itu, menurut Prof. Din, sebenarnya Dunia Islam berpotensi mencapai kejayaannya seperti di masa lampau. Namun, Dunia Islam masih memiliki 4 potensi besar yang masih terpendam dan perlu menjadi perhatian khusus bagi para cendikiawan muslim agar kejayaan Islam di masa lampau dapat terwujudkan.

Potensi pertama berkaitan dengan sumber daya manusia. Proyeksi dari lembaga survey AS menyatakan bahwa proyeksi penduduk Muslim akan terus meningkat. Secara statistik, pada tahun 2020 jumlah umat Muslim di seluruh dunia mencapai 1,7 miliar atau sekitar 23% populasi dunia. Presentase tersebut diprediksi akan meningkat hingga mencapai 30% populasi dunia di tahun 2050. Saat ini,  Islam merupakan kelompok keagamaan terbesar kedua di dunia, setelah Kristen yang pada saat ini berjumlah 2 miliar. Dengan demikian, negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim dapat menjadi sumber kekuatan dalam merubah peradaban dunia. Meskipun demikian, sebenarnya secara kualitas ilmuan di Dunia Islam masih rendah. Publikasi ilmiah yang terkait dengan Dunia Islam hanya 2,5% dari total tema publikasi. Selain itu, kontribusi Dunia Islam dalam perekonomian global hanya 7% dan angka tersebut menunjukkan ketidakseimbangan dengan banyaknya populasi umat beragama Islam.

Potensi kedua yang masih perlu digali terkait dengan sumber daya alam. Seluruh negara Dunia Islam sebenarnya kaya akan sumber daya alam yang terkandung dalam perut bumi. Hampir seluruh energi yang dibutuhkan negara dapat ditemukan di negara-negara Dunia Islam. Negara-negara pengekspor minyak didominasi oleh negara-negara Dunia Islam. Arab Saudi memiliki cadangan minyak paling banyak, Irak dan Afghanistan memiliki kualitas minyak yang paling unggul, dan Gaza dengan wilayahnya yang kecil juga memiliki sumber daya minyak. Selain minyak, ada juga kekayaan gas bumi yang berada di Qatar. Selain itu, ada bangunan tertinggi di dunia yang terletak di Dubai yaitu Burj Khalifa.

Potensi ketiga adalah sumber daya nilai. Umat Islam di Dunia Islam memiliki sumber daya nilai yaitu ajaran Islam yang menggerakkan hidup dan mendorong peradaban. Dalam sejarah kebangkitan Eropa terdapat etika Protestan, yaitu kerja keras, kedisiplinan, menghargai waktu, dan penghematan. Etika tersebut berhasil membangkitkan Eropa dan AS dan sejak saat itu keduanya memegang kendali supremasi peradaban dunia. Di samping itu, fenomena kebangkitan China didukung dengan etika Konghucu, yaitu keuletan, kedisiplinan, menghargai waktu, dan penghematan. Sebenarnya Islam memiliki etika nilai yang jauh lebih kuat daripada Protestan dan Konghucu, hanya saja etika Islam tersembunyi di lembaran-lembaran Al-Qur’an. Tidak ada agama yang mendorong kerja lebih keras selain Islam dan Al-Qur’an, bahkan dikaitkan dengan Iman.

Menurut Prof Din, etika nilai di dalam Islam adalah kerja terbaik atau  ahsanu’amala atau action oriented, quality oriented, dan kerja dinamis yang berkemajuan ke masa depan. Dari sudut pandang agama, tidak ada satupun agama dengan kitab sucinya yang paling ulet menekankan soal pentingnya waktu selain Islam dengan Al-Qur’an. Bahkan Allah berfirman dalam Al- Qur’an yang menekankan pentingnya waktu atau Demi masa (Wal-Asri); Demi Malam (Wal-Laili), Demi Waktu Fajar (Wal-Fajri), Demi Waktu Duha (Wad-Duha), Demi Waktu Ashar (Wal-‘Ashr). Tidak ada kitab suci yang bicara soal waktu hingga Tuhannya bersumpah di dalam kitab sucinya, kecuali Al-Qur’an. Bahkan umat Muslim tidak bisa melaksanakan sholat diluar dari waktu sholat yang sudah ditentukan.

Potensi terakhir adalah sumber daya sejarah yang di mana Islam pernah mencapai puncak kejayaannya yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, filsafat, dan teknologi. Artinya, pengalaman kejayaan masa lampau yang pernah dicapai oleh Islam akan membawa Islam bangkit kembali.

Prof. Din menyatakan bahwa keempat potensi Dunia Islam sifatnya masih tersembunyi dan belum mengaktual. Oleh karena itu, banyak pihak-pihak yang khawatir apabila Islam akan mengaktualisasi potensi besarnya, terlebih saat ini barat sedang mengalami kemunduran pusat peradaban. Kondisi tersebut dapat menjadi peluang bagi Dunia Islam untuk memaksimalkan potensinya dan merumuskan core values, serta mengatasi berbagai masalah yang menghambat Dunia Islam untuk mencapai puncak kejayaannya.

Di lain sisi, Prof. Din memiliki firasat bahwa tidak menutup kemungkinan peradaban dunia yang saat ini dipimpin oleh China bergesar ke selatan, yaitu Indonesia dan Malaysia. “Muslim Arab sudah menunaikan tugas kesejarahannya, begitupula Muslim Persia, Muslim Asia Selatan, dan Muslim Afrika Utara. Hingga saat ini, Muslim Asia Tenggara yang masih belum berperan dalam mengembangkan Islam” ujar Abdullan Ahmad Badawi, Perdana Menteri Malaysia, kepada Prof. Din dalam forum diskusi untuk menyelesaikan konflik Ambalat beberapa tahun yang lalu.

Materi yang disampaikan oleh Prof. Din berhasil membawa diskusi aktif antara narasumber dengan partisipan yang mayoritas berprofesi sebagai dosen yang sedang menempuh pendidikan doktor (S3) Politik Islam, mahasiswa S2 dan S1 program studi Hubungan Internasional. Dengan adanya diskusi terkait perubahan lanskap peradaban dunia semoga dapat memperkaya wawasan keilmuan bagi seluruh partisipan.