MAGISTER HI UMY SELENGGARAKAN INTERNATIONAL COLLOQUIUM

December 20, 2019, oleh: superadmin

Jumat, 13 Desember 2019 Magister Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) melaksanakan International Colloquium Malaysia-Indonesia di Gedung Pascasarjana Lantai 1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terdapat tujuh pembicara dari Universitas Sabah Malaysia (UMS) yaitu Ramli Dollah, Wan Shawaluddin, Zaini Othman, Nordin Sakke, Md Saffie Abd Rahim, Eko Prayitno Joko, dan Amrullah Maraining. Sedangkan dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terdapat tiga pembicara yaitu Dr. Surwandono, S.Sos., M.Si.; Dr. Sidik Jatmika, M.Si.; dan Ali Maksum, S.Sos., M.A., Ph.D. Acara tersebut dihadiri oleh mahasiswa baik di tingkat Strata 1 maupun Strata 2.

Di dalam acara tersebut pertama membahas tentang Isu Penyelesaian Konflik Perbatasan Malaysia-Indonesia khususnya di Laut Su
lawesi yang diisi oleh Ramli Dollah. Bagi Malaysia dan Indonesia, isu Laut Sulawesi yaitu di Pulau Ambalat sangat sensitif. Di Malaysia, banyak perdebatan mengenai isu perbatasan seperti halnya Ambalat. Salah sa
tu penyelesaian masalah tersebut adalah memanfaatkan peran Epistemic Community. Epistemic Community adalah jaringan pakar berbasis pengetahuan yang membantu mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Para pakar tersebut berusaha mengidentifikasi berbagai solusi kebijakan dan menilai hasil kebijakan. Epistemic Community dalam hal ini mencoba mencari titik temu dan sebagai jembatan untuk menyelesaikan masalah, seperti halnya Isu Perbatasan Malaysia-Indonesia. Para Epistemic Community mencoba melobi dan menekan pemerintah dalam hal isu permasalahan perbatasan Malaysia-Indonesia. Pemerintah Malaysia sebenarnya selalu menginginkan harmoni bukan perang. Hubungan antara Indonesia dan Malaysia harus seimbang dan baik. Ramli Dollah sebagai akademisi berharap terdapat Joint Development antara Malaysia dan Indonesia.
Pemateri kedua diisi oleh Dr. Surwandono, M.Si. Isi materi tersebut adalah tentang isu keamanan antara Malaysia dan Indonesia. Kemudian pemateri ketiga diisi oleh Wan Syawaluddin dengan tema Permasalahan TKI Bugis di Perkebunan Sabah. Perkebunan di Sabah sangat bergantung dengan TKI dari luar negeri, terutama dari Indonesia yaitu Sulawesi Selatan, Bugis, NTT, dan NTB. Banyak sekali TKI dari daerah tersebut yang bekerja di perkebunan Sabah. Akan tetapi, keluarga migran seperti dari Indonesia memiliki beberapa problem, misalnya problem pendidikan terutama para TKI Ilegal.
Pembicara keempat diisi oleh Dr. Sidik Jatmika mengenai hubungan antara Indonesia dan Malaysia terutama di dalam bidang pendidikan. Kemudian materi terakhir, diisi oleh Nordin Sakke yang berbicara tentang Kerja Sama Pembangunan Sumber Air Malaysia-Indonesia di wilayah perbatasan Sebatik.
Itulah kegiatan International Colloquium yang dilaksanakan di Program Magister Hubungan Internasional UMY bekerja sama dengan Universitas Malaysia Sabah (UMS). Semoga kegiatan ini mampu memberikan manfaat dan mampu menjalin kerja sama yang baik antara Malaysia dan Indonesia, khususnya dengan UMS, Malaysia.