KONFLIK ARAB – ISRAEL: PELUANG DAN TANTANGAN PERDAMAIAN

June 17, 2021, oleh: superadmin

KONFLIK ARAB – ISRAEL PELUANG DAN TANTANGAN PERDAMAIAN

(Diliput Oleh: Ellandy Avant Raushan Thesa (Admin HIPM UMY))

Program Pascasarjana UMY bekerjasama dengan Lazizmu menyelenggarakan Diskusi Publik dengan tema “Konflik Arab – Israel; Peluang dan Tantangan Perdamaian”. Kegiatan ini dilangsungkan secara Daring (Online/Tatap Maya). Kegiatan tersebut menghadirkan Prof. Dr. Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah) sebagai Pembicara Utama, kemudian dengan Pembicara lainnya yaitu Hadjriyanto Y. Tohari (Duta Besar RI untuk Lebanon), Prof. Dr. Makarim Wibisono, MA (Mantan Pelapor Khusus PBB untuk Palestina), Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA (Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional), dan Dr. Surwandono, S.Sos., M.Si (Kaprodi Prodi HIPM UMY) pada hari Senin (24/05/21).

Sebagaimana kita ketahui bawha akhir Bulan Ramadhan Israel kembali melakukan agresi di tanah Palestina dimulai dengan di Masjidil Aqsha selanjutnya gempuran demi gempuran terus berlanjut hingga 11 hari, lebih daripada 200 jiwa penduduk Palestina telah sahid yang sebagian besar anak-anak dan perempuan. Penjajahan yang dilakukan terhadap Palestina merupakan bencana kemanusiaan yang menjadi perhatian dunia.

Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Sri Atmaja P. Rosyidi mengatakan, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah berkomitmen untuk berkontribusi mengambil bagian dari gerakan Global, gerakan internasional dalam menggagas, menformulasi dan mengimplementasi upaya – upaya penyelesaian konflik di Tanah Palestina melalui peran Pascasarjana UMY sebagai lembaga pendidikan tinggi dan lembaga riset bereputasi. “Salah satu kegiatan hari ini yaitu diskusi Publik yang mengambil bagian tema konflik Arab-Israel Peluang dan Tantangan Perdamaian merupakan salah satu upaya kami mengambil bagian peran ini” jelasnya.

Mengapa diadakan publik diskusi ini?

Sekretaris Program Studi Hubungan Internasional Program Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Sahidedalam memimpin jalannya diskusi mengatakan, bahwa genjatan senjata telah tercapai kesepakatan dari kedua belah pihak, tetapi konflik ini adalah konflik yang berkepanjangan kita tidak tahu akan ada solusi dan jalan keluar untuk perdamaian yang bisa di dapatkan oleh rakyat Palestina.

“Saya kira serangan dari Israel terhadap Palestina sewaktu-waktu bisa terjadi hanya menunggu momentum politik dan juga pemicu baik itu dari Palestina atau Hamas, untuk membicarakan terkait dengan konflik Palestina akan selalu menjadi penting baik apa yang kita ambil dan apa yang menjadi peluang serta apa yang menjadi tantangan kita sebagai negara yang mayoritas islam dalam mengambil peran diplomatik untuk mecari solusi dari konflik ini,” jelasnya.

Sejarah panjang konflik Israel-Palestina telah berlarut-larut. Upaya-upaya perdamaian pun terus dilakukan, namun hingga kini belum juga menemui titik terangnya.

Meskipun ini bukan konflik agama, namun Muhammadiyah berkonsentrasi penuh untuk memberikan dukungannya terhadap Palestina sebagai sesama Muslim.

“Bagi kami Organisasi Islam Muhammadiyah mengenai masalah Palestina memang masalah yang ada kaitannya dengan Islam dalam konteks sejarah,” ungkap Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah) dalam mengawali Publik Diskusi ini. Haedar Nashir menambahkan, ketika setelah tahun 644 Khafilah Umar Bin Khatab kemudian memperluas kawasan Islam dimana Palestina menjadi salah satu bagian dari Dunia Islam dan sejak itulah kemudian Palestina menjadi lekat dan tidak terpisahkan dari Dunia Islam.

Berbicara tentang konflik Palestina-Israel, peristiwa yang terakhir ini merupakan peristiwa dalam konteks di Timur Tengah itu memiliki aspek dan dimensi yang sangat besar. Oleh karena dari skala waktu saja dapat dilihat agresi Israel ke Palestina terakhir ini berjalan 11 Hari sebuah waktu yang sangat panjang. Jika menilik peluang dan tantangan perdamaian dalam konflik Israel-Palestina, seperti yang sudah diketahui bahwa Amerika Serikat sebagai negara adidaya memiliki peranan yang cukup signifikan. Duta Besar untuk Beirut Lebanon Hajriyanto Thohari mengatakan, bahwa pada kenyataannya sikap dan langkah AS sangat tidak adil, mereka mendukung penuh agresi Israel, dan berkomitmen tinggi terhadap eksistensi dan keamanan Israel.

“Bahkan presiden Amerika Serikat saat ini Joe Biden pernah menekankan bahwa tidak akan pernah ada perdamaian di Timur Tengah selagi semua negara di kawasan tersebut belum mengakui eksistensi Israel” jelasnya.

Sudah begitu, justru bangsa Palestina tidak bersatu, bahkan dunia Arab yang seharusnya berada di belakang Palestina malah tidak bersatu. Mereka memiliki tujuan politik yang berbeda. Kita tahu, Palestina memiliki beberapa kelompok dan yang terkenal seperti Hamas dan Fatah, mereka bahkan tidak akur dan tidak memiliki tujuan yang sama. Dari seluruh permasalahan yang komplek tersebut Mantan Pelapor Khusus PBB untuk Palestina Makarim Wibisono mengatakan, bahwa proses perdamaian yang ada tidak akan pernah berjalan. Jika hubungan Palestina dengan AS dan juga Israel masih terputus. Makarim Wibisonomenambahkan, Negara-negara Arab sudah mulai buka hubungan diplomatik dengan Israel seperti UAE dan Bahrain. Jadi Israel merasa yang menjadi musuhnya hanya Palestina dan pendukung dekatnya saja, perlu adanya peran konkret PBB untuk terciptanya perdamaian itu. PBB harus mengusahakan agar Israel bisa menerima kehadiran PBB di Palestina untuk mengawasi situasi dan kondisi masyarakat Palestina.

“PBB harus membantu perbaikan Masjidil Aqsa dan perumahan-perumahan yang hancur karena serangan rudal Israel. Mencari jalan agar Israel dan Palestina bersedia berunding untuk mendapatkan jalan perdamaian yang kekal,” jelasnya.

Dapat kita lihat agenda seting dari Israel selama satu abad yaitu semenjak tahun 1896. Jika ditelaah menurut kajian studi resolusi konflik. Ketua Prodi HIPM UMY Surwandono mengatakan, dari 1896 sampai dengan 2017 merupakan agenda 10 tahunan jadi Israel dan bangsa yahudi membangun proses penguasaan terhadap Palestina itu dilakukan secara sistematis dan terstruktur.

“Tetapi kaum muslimin dalam memperjuangankan proses kemerdekaan bangsa Palestina sepertinya tidak memiliki agenda seting” jelasnya. Surwandono menambahkan, bahwa kita harus yakin masa depan Palestina masih terus kita bangun terus.

Permasalahan Israel – Palestina ini begitu kompleks. Ketua Umum MUI Bagian HI dan Kerjasama Internasional Sudarnoto mengatakan, memang soal Yahudi Israel ini kalau kita melihat di Al-Quran itu terdapat kisah-kisah tentang Yahudi Israel. Sudarnoto menambahkan supaya waspada terhadap Yahudi karena Yahudi tidak akan menyerah sampai terakhir mengikuti kehendak mereka.

“Banyak tokoh, banyak kafir yang menjelaskan kelicikan atau karakteristik dan sifat-sifat yahudi. Jangankan sekarang, Nabi-Nabi saja juga pernah dikhianati ketika memimpin di Madinah” jelasnya.