HIPM UMY Gelar FGD Bedah Buku Menjelajahi Transisi Indonesia

August 28, 2023, oleh: superadmin

Indonesia bukan hanya sebuah negara, tetapi juga merupakan contoh yang menarik dari masyarakat transisi. Dengan lanskap kepulauan yang luas dan warisan budaya yang beragam, Indonesia memiliki posisi yang unik dalam lanskap global. Kekayaan perpaduan budaya, bahasa, tradisi, dan adat istiadat yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau mengakibatkan dinamika masyarakat Indonesia terus berubah. Sebagai masyarakat transisi Indonesia sedang mengalami perubahan signifikan di berbagai bidang, mulai dari perekonomian hingga struktur politik dan norma sosialnya. Kemajuan teknologi dan pesatnya arus globalisasi membuat Bangsa ini menghadapi kegelisahan antara tradisi dan modernitas. Di tengah kegelisahan di masa transisi, muncul pertanyaan kritis dari Dr. Antje Missbach, “Apakah Indonesia masih dalam proses transisi atau bahkan mogok?”

Bekerjasama dengan Social Movement Institute, Hubungan Internasional Program Magister sukses selenggarakan Focus Group Discussion (FGD) & Bedah Buku “Indonesia: Negara & Masyarakat Dalam Transisi.” FGD yang berlangsung pada Senin, 21 Agustus 2023 menghadirkan dua pemateri, yaitu Dr. Antje Missbach, seorang penulis buku dan Profesor Sosiologi di Bielefeld University, Jerman, serta Ade Marup Wirasenjaya, S.IP., M.A., yang merupakan Dosen Hubungan Internasional FISIPOL UMY. Acara ini diselenggarakan secara blended yang bertempat di Ruang Sidang Direktur Pascasarjana Lt 1, UMY dan dihadiri lebih dari 50 peserta dari kalangan akademisi di beberapa universitas dan kelompok gerakan di Yogyakarta.

Antje, yang juga merupakan salah satu penulis dari buku Indonesia: Negara dan Masyarakat Dalam Transisi, mengungkapkan bahwa terbitnya karya ini dilatarbelakangi oleh adanya permintaan dari akademisi untuk menciptakan buku secara khusus yang fokusnya membahas mengenai Indonesia di masa transisi. Antje mengklaim buku ini dapat dibaca oleh seluruh kalangan, terutama pemula, karena buku ini berisi pemahaman mendalam tentang tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia, budaya, lanskap sosial-politik Indonesia, hingga isu-isu kontemporer di Indonesia. Secara keseluruhan, buku ini memberikan analisis mendalam tentang transisi yang sedang berlangsung di Indonesia.

Hadir sebagai pembicara, Ade Marup mengungkapkan apresiasi atas terbitnya buku Antje yang dapat melengkapi literatur post-ototitarianisme. Ade memaparkan terdapat tiga model pendekatan ketika menjelaskan Indonesia pasca orde baru. Model pertama merupakan model yang mengusung gagasan liberal dengan asumsi melihat pengaruh berbagai gerakan demokrasi global terhadap transisi Indonesia. Dalam model pendekatan pertama, demokrasi di Indonesia dilihat sebagai hasil snowball effect, yang dikatakan Samuel Huntington, dari gelindingan demokrasi di tempat lain. Golongan ini meyakini bahwa Indonesia tidak dapat mengelak dari demokrasi liberal karena Indonesia hakikatnya liberal. Pendekatan kedua, struktur demokrasi dipandang sebagai kesempatan politik untuk mengubah Indonesia menjadi negara yang tidak otoriter.  Pada pandangan ini, jatuhnya orde baru dianggap sebagai arena konsolidasi kekuasaan baru yang meneruskan tradisi strukturalis. Pendekatan terakhir berorientasi pada gerakan sosial transformatif yang melihat demokrasi dari level gerakan sosial maupun dunia aktivis.

Ade sepakat dengan klaim Antje yang menyatakan bahwa buku ini memang dikhususkan untuk pemula maupun ekspatriat yang ingin mendalami Indonesia. Pada kesempatan yang sama, Ade mengkritik arah tujuan yang akan dicapai karena luasnya pembahasan yang tertuang dalam buku tersebut yang mencakup stunting, kesehatan, pendidikan, sinetron, bahkan hingga Covid-19. Buku karya Antje dinilai Ade memiliki kekuatan yang mendalam yaitu menyajikan suatu pandangan mendalam bahwa perubahan politik pasca orde baru tidak mengantarkan masyarakat pada ruang yang demokratis. Demokrasi di Indonesia membawa perubahan pada dua level, yaitu level negara dan masyarakat yang pada saat bersamaan bersifat struktural dan konjungtural.

Indonesia belum benar-benar bertransisi. Meskipun secara formal Indonesia sudah menganut sistem demokrasi, namun faktanya otoritarianisme dan oligarki pada masa orde baru masih melekat erat hingga saat ini. Beberapa kasus muncul sebagai hasil produk dari kekuasaan orde baru, seperti korupsi, despotisme kekuasaan, intoleransi, dan berbagai pelanggaran hak asasi manusia. Di samping itu, hadirnya media sosial sebagai dampak dari globalisasi juga memperkuat asumsi bahwa Indonesia belum lepas dari praktek oligarki. Media berperan penting dalam memberikan framing terhadap politik kekerabatan yang dominan di Indonesia, seperti MNC Group yang memfasilitasi kepentingan politik Partai Perindo. Berdasarkan fenomena tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa kedepannya media sosial dapat menjadi alat politik partai-partai tertentu.

Pada akhir diskusi, Antje menyebutkan bahwa Indonesia tidak memiliki rencana strategis dalam penyelesaian kasus sosial-politik domestik yang mengakibatkan Indonesia kurang berperan dalam kancah internasional. Padahal, jika mempertimbangkan aspek geografis, Indonesia berpotensi menjadi salah satu aktor penting yang berperan dalam tingkat internasional. Pada akhirnya, Indonesia membutuhkan generasi yang memiliki budaya kritis untuk dapat menciptakan demokrasi yang stabil.

Acara FGD & bedah buku mendapatkan antusiasme dari para peserta. Hal ini terlihat dari banyaknya pertanyaan kritis mengenai pandangan kedua narasumber terhadap kondisi Indonesia yang tidak menunjukkan perubahan yang signifikan dalam proses transisinya. Semoga dengan adanya ruang diskusi yang diselenggarakan oleh pihak-pihak terkait dapat menambah wawasan keilmuan demokrasi kita. Selanjutnya penyerahan sertifikat oleh Dr. Ahmad Sahide, S.IP., M.A selaku Kaprodi Hubungan Internasional Program Magister kepada pemateri dan moderator.