Membaca Perkembangan Terkini Krisis Politik Myanmar

May 6, 2021, oleh: superadmin

MEMBACA PERKEMBANGAN TERKINI KRISIS POLITIK MYANMAR

(Diliput Oleh: Ellandy Avant Raushan Thesa (Admin HIPM UMY))

Program Studi Hubungan Internasional Program Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (HIPM UMY) selenggarakan Webinar Public Discussion dengan judul “Membaca Perkembangan Terkini Krisis Politik Myanmar”. Kegiatan ini dilangsungkan secara Daring (Online) platform Zoom dengan moderator Dr. Ahmad Sahide, S.IP., M.A dan diikuti oleh 60 Peserta terdiri dari cendikiawan dan mahasiswa dari seluruh Indonesia, pada hari Jumat  (16/04/21).

“Kami ucapkan terimakasih kepada Bu Yuyun dan Pak Ali yang sudah berkenan untuk mengahidiri forum virtual ini, dimana akan membicarakan kasus yang hari ini banyak disorot di pemberitaan media-media, sehingga perlu kita kaji secara akademik, ” ujar Dr. Ahmad Sahide, S.IP., M.A., selaku Sekprodi HIPM UMY. Ahmad Sahide menambahkan bahwa dapat kita ketahui sejak 1 Februari 2021 berlangsung kudeta politik Pemerintahan Sipil di Myanmar dan hari ini kita membaca setiap hari perkembangan di media – media prinimnya rezim junta militer sangat brutal terhadap masyarakat sipil. Indonesia sebagai negara yang punya peran aktif sebagai negosiator mencari titik temu konflik di Myanmar ini. Namun konflik tersebut sampai hari ini masih tetap berlangsung, maka hari ini kita diskusikan terhadap kasus tersebut.

Webinar ini menghadirkan dua narasumber utama yaitu Ali Muhammad, Ph.D., selaku dosen Dosen HIPM UMY dan Yuyun Wahyuningrum Wakil Indonesia pada Komisi antar-pemerintah ASEAN untuk Hak Asasi Manusia (AICHR). Ali Muhammad lebih banyak menerangkan terkait konteks politik di Myanmar, dominasi politik militer politik Myanmar, tekanan Internasional, demokratisasi, peristiwa kudeta, kondisi saat ini, dan bagaimana reaksi internasional sampai saat ini. Mengenai peristiwa kudeta ini dimulai pada tanggal 1 Februari 2021 dengan ditandai militer mengambil kekuasaan pemerintahan. Militer pimpinan Jend Ming Aung Hlaing yang sudah hampir pensiun, menahan State Councellor (Aung San Suu Ky), Presiden (Win Myint), dan para pemimpin pemerintah lainnya. Setelah itu Militer kembali mengambil kendali pemerintah, dan melembagakan keadaan darurat satu tahun, Panglima Tertinggi angkatan bersenjata – Min Aung Hlaing sebagai Ketua State Administrative Counci. Kemudian muncul demontrasi anti kudeta, Rakyat menentang keras Kudeta. Mereka tidak ingin ‘model Thailand” diterapkan di Myanmar. Gerakan CDM semakin meluas. Protes yang awalnya  relatif damai. Berubah menjadi kacau  pada 20 Februari ketika dua pengunjuk rasa tak bersenjata terbunuh. Tatmadaw meningkatkan serangan terhadap para demonstran. Telah menewaskan lebih dari 700 orang dan menahan ribuan lainnya. Myanmar memasuki masa kritis. Dengan adanya peristiwa ini, kemudian muncul reaksi internasional yaitu salah satunya ASEAN memiliki peran yang dilematis. pendekatan konsensus untuk pengambilan setiap keputusan dan tak ada opsi mengeluarkan Myanmar. tetapi tetap melakukan engagement terhadap Myanmar.

Sementara itu Yuyun Wahyuningrum lebih fokus menerangkan pada fakta-fakta di lapangan meliputi Issues & Implication, Actors & Interest, Roles & Responses, Future Scenarios. Peristiwa kudeta ini ditandai dengan militer mengumumkan tentang kudeta, kemudian siangnya masyarakat memulai memberontak dengan ditandai adanya 2 anak perempuan muda yang menggunakan pakaian suku karen protes di jalan kemudian diikuti oleh warga. Yuyun memaparkan bahwa banyak pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi karena implikasi dari political Crisis di Myanmar. Pelanggaran-pelanggaran HAM ini termasuk penghilangan paksa, penyiksaan, pelanggaran terhadap freedom of expression, freedom of Association. Freedom of opinion press Freedom atau kebebasan pers access to information, digital Rights juga dengan adanya penutupan atau penutupan internet atau Blackout yang dilakukan Junta sekarang mulainya Jam 9 malam sampai jam 9 pagi. Selain itu juga terjadi the Tension, samari execution, killing over tester, sexual harassment agencymail, ini juga yang terakhir beberapa masyarakat sipil ditangkap dan beberapa dibebaskan dan mereka terutama yang perempuan. Kemudian juga apa yang dilakukan oleh para security Forces karena bukan hanya militer tetapi juga polisi juga terlibat di dalam pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar, yang mereka lakukan dengan terorganisir. Bahwa demo tentang peristiwa kudeta itu ada hampir di seluruh wilayah di Myanmar Begitu juga dengan penangkapan inversi eversi tuh hampir terjadi Masih di hampir semua bagian Myanmar.

Melalui Webinar kali ini, pembicara mengajak peserta untuk memahami latarbelakang, penyebab, reaksi internasional maupaun ASEAN, dan perkembangan terkini mengenai krisis politik di Myanmar. Para peserta sangat berantusias dengan adanya Webinar Public Discussion ini. Dengan adanya kegiatan seperti ini dapat saling berbagi ilmu pengetahuan baik dari Pembicara dengan para peserta. Peserta berharap agar Program Studi Hubungan Internasional Program Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dapat tetap mengadakan kegiatan Webinar Public Discussion seperti ini dikegiatan-kegiatan selanjutnya.