7th ISCOHI: Global Transformation/Evolution and Challenge in Post Pandemics Era

June 14, 2021, oleh: superadmin

7th ISCOHI: Global Transformation/Evolution and Challenge

in Post Pandemics Era

(Diliput Oleh: Diana Mutiara Bahari (Mahasiswi HIPM UMY))

International Conference on Humanity Issues (ISCOHI) 2021 telah sukses diselenggarakan oleh Prodi Hubungan Internasional Program Magister (HIPM), Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada Kamis, 10 Juni 2021 secara semi-virtual. Acara ini dibuka secara resmi oleh Direktur Pascasarjana UMY, Ir. Sri Atmaja P. Rosyidi, M.Sc.Eng., Ph.D., P. Eng. IPM di Ruang Sidang Direktur Lantai 1 Gedung Pascasarjana UMY. ISCOHI yang mengusung tema “Global Transformation/Evolution and Challenge in Post Pandemics Era” diikuti oleh 81 total peserta, 5 diantaranya partisipan dan 76 sisanya terdaftar sebagai presenter.

 Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama kurang lebih satu tahun telah membawa dunia kepada perubahan yang cukup fundamental di berbagai aspek, seperti adanya pergeseran pola interaksi antar masyarakat, dari yang semula pola interaksi secara mobilitas yang dinamis menjadi pola interaksi yang serba online dengan mengandalkan platform online. Covid-19 juga menyumbang adanya perubahan dalam aspek ekonomi, politik serta sosial budaya. Pada akhirnya, peran negara jauh berkurang sebagai aktor yang dapat mengatur masyarakat. Masyarakat dituntut untuk lebih mandiri dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, sedangkan tidak semua masyarakat memiliki kecukupan ekonomi. Sehingga, kondisi pandemi Covid-19 juga menyumbang meningkatnya isu kemanusiaan yang dapat menjadi wacana global untuk penanganan bersama. Untuk menjawab peluang dan tantangan di masa pandemi Covid-19, ISOHI ke-7 menghadirkan 3 keynote speaker yaitu Prof. Alberto Gomes yang merupakan Professor Emeritus di Univeritas La Trobe Australia, Dr. Ayesah Uy Abubakar yang merupakan kepala Kelompok Penelitian tentang Etnografi & Pengembangan di Borneo Institute for Indegenous Studies (BorIIS) di Universiti Malaysia Sabah, dan Dr. Surwandoro yang merupakan Ketua Prodi HIPM sekaligus Dosen Hubungan Internasional di UMY. Arie Kusuma Paksi, S.IP., MA, Ph.D. selaku moderator menyatakan sudut pandang ketiga keynote speaker memiliki keterkaitan satu sama lain. Dr. Surwandono menyatakan bahwa pemberitaan media terlalu berfokus pada virus, penyakit dan kesehatan itu sendiri dan mengesampingkan pemberitaan yang juga sama pentingnya yaitu dampak Covid-19 terhadap berbagai aspek SDGs yang mengancam keamanan manusia (human security). Dalam kesempatan yang sama, Dr. Surwandono menyebutkan setidaknya terdapat dua dampak terhadap keamanan manusia yaitu konflik global ekonomi dan demokrasi yang cenderung meningkat di masa pandemi Covid-19.

Prof. Alberto menyebutkan bahwa masalah yang terjadi saat ini karena massifnya pendekatan neoliberal terhadap pembangunan yang dikemukakan oleh sistem kapital dan telah banyak mempengaruhi perubahan iklim. Kaitannya dengan masa pandemi Covid-19, penerapan sistem kapitalis yang telah bertahun-tahun menyebabkan pemerintah mencari keuntungan dari adanya Covid-19 dengan mengkomersialkan alat-alat kesehatan. Selain itu, Prof. Alberto juga menyampaikan gagasannya terkait solusi neoliberal di masa pandemi Covid-19, seperti melakukan pergeseran ekonomi, dari obsesi dengan pertumbuhan dan keuntungan menjadi berbasis kebutuhan, kesederhanaan dan kecukupan, memprioritaskan ekologi dan kesehatan, kesejahteraan masyarakat sebelum kekayaan ekonomi, hidup ekosentris dengan menghormati alam, solidaritas sosial melalui kerja sama dan gotong royong, mempromosilan keadilan sosial, kesetaraan, inklusi sosial dan keragaman serta menumbuhkan empati, kasih sayang dan kepedulian.

Sedangkan Dr. Ayesah lebih spesifik menyampaikan materi tentang proses perdamaian Bangsamoro di Pilipina. Dr. Ayesah menyatakan bahwa ketidakadilan sosial merupakan salah satu kunci yang harus dibenahi dan bagaimana cara untu menciptakan relasi yang simetris antar aktor, tidak hanya relasi atas-bawah tetapi juga bawah ke atas. Kunci proses perdamaian dari penyelesaian konflik Bangsamoro yang berjuang mendapatkan haknya untuk menentukan nasibnya sendiri adalah dengan mendengarkan pendapat masyarakat lokal untuk menciptakan suasana kerjasama atau kolaborasi yang efektif antara semua aktor termasuk pemerintah.

Acara seminar ISCOHI dilanjutkan dengan diskusi parallel. ISCOHI ke-7 berhasil mengumpulkan 44 paper yang dipresentasikan dalam diskusi parallel. Dari banyaknya presenter dan paper dalam acara seminar ini, Laretna Pranadian Rahajeng terpilih sebagai Best Presenter. Sedangkan untuk kategori Best Paper pertama dimenangkan oleh Siti Fajrina dan Yuliarimapradesi dengan paper The Transformation of Regional Government Policies of South Bengkulu, Bengkulu and Pidie Districts, Aceh in Maintaining Economic and Health Stability in the New Normal Era, dan Laretna Pranadian Rahajeng serta Asri Saraswati terpilih sebagai best paper kedua dengan judul Racialized Beauty: Analyzing Inclusivity in the Beauty Industry.